Search This Blog

Saturday, March 15, 2014

Kisah Pak Namin 27 Tahun Memikul Asa di Pasar Induk Kramatjati

Kisah Pak Namin 27 Tahun Memikul Asa di Pasar Induk Kramatjati
Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews
Jumat, 14/03/2014 10:20 WIB



Jakarta - Pagi-pagi buta di kala para eksekutif masih terlelap, geliat pasar telah berkokok mendahului ayam jago. Hampir tak pernah tidur para pedagang pasar tradisional memeras peluh dari pagi hingga malam.

Siang hari di Pasar Induk Kramatjati para pekerja tak beristirahat layaknya pekerja di tempat lainnya. Terlihat gigih di salah satu sudut situ adalah Pak Namin (42) yang memikul singkong dari pemasok ke pasar.



"Saya jadi kuli panggul begini dari tahun 80-an, akhir 80-an lah sekitar tahun 1987. Dari dulu ya begini saja kehidupan kuli panggul. Kerja berat tapi hasilnya minim," ungkap Namin di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur, Senin (10/3/2014).

Di depan dia menumpuk hasil panen singkong dari Jawa Barat, masih bagian kecil dari bumi nusantara. Di depan dia itulah terpapar kekayaan alam Indonesia yang sering disebut namun jarang dilirik.

"Dalam sehari saya dan dua teman lain membongkar dua sampai empat truk singkong. Kami dibayar Rp 50.000 sampai Rp 60.000 untuk satu truk yang dibongkar muat. Karena kami kerja bertiga maka itu dibagi tiga. Dalam sehari paling-paling kita bawa pulang Rp 60.000 masing-masing orangnya," tutur Namin sambil memindahkan ratusan singkong dari truk ke keranjang.

Keranjang yang sudah penuh kemudian ditimbang oleh Namin dengan hasil timbangan yang membuat mata siapapun terbelalak. Tak kurang dari setengah kuintal singkong dia pikul untuk setiap keranjangnya.

"Sudah biasa memikul begini dari dulu. Tapi setiap hari tetap saya berharap semoga kehidupan saya lebih baik, sambil terus kerja jadi kuli panggul singkong seperti ini," kata Namin setelah singkong yang ia pikul ditimbang.

Singkong-singkong itu kemudian dimasukan dalam karung untuk dijual ke para pengecer maupun pabrik-pabrik besar. Dari tangan Pak Namin dan kawan-kawan inilah nikmatnya singkong hangat yang ditanam petani dapat tersaji di meja orang banyak.

Seberat-beratnya beban yang dipikul Pak Namin itu tak lantas mebuat dia mengeluh. Dalam benak badan berpeluh itu tersimpan beribu asa yang dipikul bersama hasil bumi.

Sumber: http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/03/14/101240/2525522/1567/kisah-pak-namin-27-tahun-memikul-asa-di-pasar-induk-kramatjati

No comments:

Post a Comment