Search This Blog

Wednesday, March 26, 2014

Gowesan Wagiyo Mengayuh Onthel Selama 22 Tahun

Senin, 24/03/2014 10:40 WIB
Gowesan Wagiyo Mengayuh Onthel Selama 22 Tahun
Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews



Wagiyo


Jakarta - Sore cerah di pinggir utara Jakarta cukup ramai lalu lalang orang-orang di kawasan Pasar Ikan. Sebuah senja biasa bagi pedagang dan pembeli di pasar tradisional yang menjajakan aneka kebutuhan sehari-hari.

Nyaring terdengar lonceng sepeda dari sebuah sudut di jalanan Pasar Ikan, Penjaringan Jakarta Utara. Duduk di atas sadel sepeda onthel seorang pria paruh baya bernama Wagiyo dengan senyum menyapa orang-orang pasar.



“Pekerjaan itu yang penting disyukuri jadi tidak berat. Kalau orang biasa pasti melihatnya berat, tapi kalau sudah biasa ya tidak berat,” tutur Wagiyo di Rabu (19/3/2014) sore.

Wagiyo adalah satu dari beberapa tukang ojek sepeda onthel di kawasan itu. Sehari-hari dia menunggu orang yang ingin menumpang sepedanya.

“Tapi kalau sekarang ya ojek onthel seperti saya kalah sama ojek motor. Paling jauh juga saya sampai Stasiun Jakarta Kota. Yang masih mau naik sepeda saya ya cuma orang-orang tua saja, atau kadang-kadang ada juga turis,” imbuh dia.

Sehari-hari Wagiyo memulai mengayuh sepeda sebelum mentari terbit di ufuk timur. Beristirahat di siang hari, lalu dia mengayuh sepedanya lagi dari sore hingga hampir tengah malam.

“Paling banyak sehari dapat Rp 50.000 bersih, kan kerja seperti ini capek jadi harus penting juga soal makan. Saya nggak pernah lupa makan, jadi bisa tetap menikmati pekerjaan,” kata Wagiyo sambil menuju warung makan tenda dekat pangkalan ojek onthel.

Di pojokan jalan itu sebuah warung tenda berdiri, menjadi pangkalan bagi para pengayuh ojek onthel untuk menunggu penumpang. Satu demi satu pengayuh lintas zaman itu berdatangan dan tak lupa memesan teh manis hangat ke pemilik warung.

Satu di antara teman-teman Wagiyo adalah Mulkad (60) yang telah mengayuh sepeda onthel sejak (35) tahun silam. Meski hanya menjadi tukang ojek, Mulkad berdandan rapi mengenakan kemeja batik walaupun sudah lusuh warnanya.

“Dulu saya jadi tukang ojek seperti ini dari masih bujangan, lupa tahunnya, sekitar 35 tahun lalu lah. Waktu itu beli sepeda bekas teman, terus saya coba ngojek buat orang-orang pasar sini,” kata Mulkad sedikit terengah-engah usai menggowes sepeda tua itu.

Mulkad dikenal sebagai orang yang sangat rajin dalam bekerja. Hampir tak ada waktu bagi Mulkad untuk beristirahat demi menuju target.

“Sebenarnya sih tidak ada target, tapi ya saya usahakan dalam sebulan bisa terkumpul Rp 500.000. Jadi bisa kirim buat keluarga di kampung,” tutur Mulkad kemudian.

Tak lama seorang bapak tua mendekati Mulkad. Hanya menunjuk ke sebuah arah, Mulkad langsung mengantarkan bapak itu ke arah yang ditunjuk telunjuk bapak berkemeja putih.

Kegigihan Wagiyo dan Mulkad tak perlu dipertanyakan lagi. Namun buah kegigihan mereka nampak belum membuahkan hasil yang berbunyi nyaring senyaring lonceng sepeda.

Sumber:
http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/03/24/104052/2534388/1567/2/gowesan-wagiyo-mengayuh-onthel-selama-22-tahun

No comments:

Post a Comment