Search This Blog

Thursday, April 10, 2014

Hidup untuk Berbakti, Uyun Penyapu Jalan Menunggu Gaji

Selasa, 01/04/2014 10:01 WIB
Wong Cilik
Hidup untuk Berbakti, Uyun Penyapu Jalan Menunggu Gaji
Basuki Rahmat Nugroho - detikNews


Jakarta - Keramaian adalah potret jalanan Ibu Kota yang tak pernah tidur. Berserakan dedaunan kering biasa mewarnai manisnya hiasan jalan-jalan raya.

Sebuah jalanan tempat para kusuma bangsa terbaring menggambarkan antitesa dari potret itu, di mana daun-daun kering tak nampak berserakan. Sisi jalan yang bebas dari daun kering tak lepas dari jasa seorang Uyun (43), yang selama empat tahun menyapu jalan.



“Jadi tukang sapu sudah empat tahun, sebelumnya saya jadi pemulung. Tapi karena berat pekerjaan jadi pemulung itu, makanya saya pindah jadi tukang sapu,” tutur Uyun di Jl Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Selasa (25/3/2014).

Siang bolong itu Uyun tengah menggoyangkan sapunya hilir mudik sepanjang jalan. Tak dia hiraukan mesin-mesin bising melaju cepat dekat dengan dia.

“Tadinya sih saya kerja di swasta, tapi bangkrut perusahaannya. Sudah dua bulan ini ditarik ke dinas, tapi belum tahu nih kapan terima gajinya. Ya sementara hitungannya berbakti,” ungkap Uyun sambil mengusap peluh di dahi.

Gesekan lidi dengan aspal menjadi melodi kehidupan Uyun yang tak lepas dari perjuangan hidup. Sang suami pun juga berkecimpung di dunia kebersihan dengan bergelut sebagai pengangkut sampah. Dari pekerjaan inilah keduanya dapat menghidupi tiga anaknya.

“Kalau suami saya sebulan dapat Rp 1,5 juta, terus dipotong Rp 500 ribu buat bayar truk sampah yang ngangkut. Jadi bersih cuma Rp 1.000.000,” ucap dia.

Mengandalkan penghasilan tunggal dari suami tentu tak akan cukup untuk membuat dapur mengepul sebulan penuh. Seperti orang bilang banyak jalan menuju Roma, tapi rupanya tak banyak pilihan bagi Uyun untuk sekedar menelan nasi.

“Dulu pas perusahaan tempat saya kerja belum bangkrut, saya dibayar sehari Rp 45.000. Bisa buat makan lah. Tapi sekarang belum digaji lagi, jadi harus ngakalin dengan memulung botol plastik buat dijual di pengepul. Sehari paling nggak dapat Rp 15.000 yang dicukupin buat makan serumah,” kata Uyun.

“Atau kalau kepepet juga bisa saja ngutang di warung. Daripada nggak makan. Yang penting anak-anak bisa makan lah,” imbuh Uyun.

Perempuan asal Cianjur, Jawa Barat ini merasa masih cukup bersyukur ketika masih ada yang dimakan dalam sehari. Belum menerima gaji lantas tak menyurutkan bakti dia kepada lingkungan hidup dengan menyapu jalan.

"Saya sih tetap jalani pekerjaan saya aja sebagai penyapu jalanan, supaya lingkungannya bersih," ujarnya lirih.

Sumber:
http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/04/01/100149/2541654/1567/hidup-untuk-berbakti-uyun-penyapu-jalan-menunggu-gaji

No comments:

Post a Comment