Search This Blog

Saturday, March 29, 2014

Pedihnya Hidup Ableh di Perkampungan Cina Benteng Tangerang

Senin, 24/03/2014 12:04 WIB
Wong Cilik
Pedihnya Hidup Ableh di Perkampungan Cina Benteng Tangerang
Dhani Irawan - detikNews


Ableh


Tangerang - Matahari berdiri tepat di atas ubun-ubun. Panas tak dihiraukan Ableh (53), yang sedari tadi berkutat membersihkan makam di pekuburan di daerah Sewan, Rawa Kucing, Tangerang.

Kulit Ableh kusam karena sering bergelut dengan tanah makam. Telapak tangannya jauh dari kata halus. Saat itu, dia sedang mencabuti rumput liar yang tumbuh di atas gundukan makam khas etnis Tionghoa.

Wednesday, March 26, 2014

Gowesan Wagiyo Mengayuh Onthel Selama 22 Tahun

Senin, 24/03/2014 10:40 WIB
Gowesan Wagiyo Mengayuh Onthel Selama 22 Tahun
Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews



Wagiyo


Jakarta - Sore cerah di pinggir utara Jakarta cukup ramai lalu lalang orang-orang di kawasan Pasar Ikan. Sebuah senja biasa bagi pedagang dan pembeli di pasar tradisional yang menjajakan aneka kebutuhan sehari-hari.

Nyaring terdengar lonceng sepeda dari sebuah sudut di jalanan Pasar Ikan, Penjaringan Jakarta Utara. Duduk di atas sadel sepeda onthel seorang pria paruh baya bernama Wagiyo dengan senyum menyapa orang-orang pasar.

Tuesday, March 25, 2014

Bocah Penjual Kerupuk dan Ayah Tunanetra


Rahmat (11 tahun) membantu ayahnya, Ade Djunaedi (35) yang tunanetra menjual kerupuk ikan. Mereka menjual kerupuk SPBU Pondok Pinang, Jakarta Selatan.
A+ | Reset | A-

Home > Nasional > Jabodetabek
Bocah Penjual Kerupuk dan Ayah Tunanetra
Senin, 24 Maret 2014, 11:11 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bocah berpakaian lusuh menebar senyum kepada setiap pengendara sepeda motor dan pengendara mobil yang masuk ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Jalan Ciputat Raya, Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Ia bukan meminta-minta, melainkan menjual kerupuk ikan.

Rahmat namanya. Usianya baru 11 tahun. Yang menjadikan bocah putus sekolah itu istimewa adalah karena ia berdagang untuk menemani ayahnya yang tunanetra.

Friday, March 21, 2014

Bocah 8 Tahun Rawat Ayah di Becak Rumah

Kamis, 20/03/2014 06:15 WIB
Bocah 8 Tahun Rawat Ayah di Becak 'Rumah'
Nawawi: Kami Tidak Mengemis!
Khairul Ikhwan - detikNews



Medan - Selama tiga tahun Siti Aisyah Pulungan (8) dan ayahnya yang tengah sakit parah, Muhammad Nawawi Pulungan (56), hidup di jalanan. Belakangan, mereka menyicil becak barang untuk dijadikan tempat tinggal bagi keduanya selama satu tahun belakangan ini.

Becak inilah yang dijadikan Aisyah untuk berpindah-pindah bersama ayahnya yang terkulai lemas di bak becak. Meski setiap perjalanan ada beberapa warga dan pengendara yang memberikan mereka sedekah sebagai penyambung hidup mereka, Nawawi menolak bila dirinya disebut sebagai pengemis.

"Kami tidak mengemis, jika ada yang memberi kami terima," kata Nawawi di trotoar depan Masjid Raya Al Mashun, Jalan Sisingamangaraja, Medan, Sumatera Utara (Sumut), Rabu (19/3/2014) sore.

Tuesday, March 18, 2014

Kisah Andi 37 Tahun Merawat Makam Para Tokoh Bangsa

Kisah Andi, 37 Tahun Merawat Makam Para Tokoh Bangsa
Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews
Senin, 17/03/2014 10:52 WIB


Andi


Jakarta - Setiap yang hidup adalah pasti akan mati, dan biasanya yang hidup mengenang yang telah berpulang. Bukan sekadar menghormati jasa ketika hidup, melainkan pula menambal lubang-lubang yang belum sempat disulam oleh mereka.

Di makam Tanah Kusir, Jakarta Selatan terbaring pula para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. Makam-makam itu nampak rapi meski telah meninggal bertahun-tahun lalu.

Rupa-rupanya makam-makam itu dirawat oleh Pak Andi (52) dan rekan-rekannya sesama perawat makam. Semenjak 37 tahun silam Pak Andi mengabdikan diri untuk para kusuma bangsa dan para pendahulu lainnya.

Saturday, March 15, 2014

Kisah Pak Namin 27 Tahun Memikul Asa di Pasar Induk Kramatjati

Kisah Pak Namin 27 Tahun Memikul Asa di Pasar Induk Kramatjati
Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews
Jumat, 14/03/2014 10:20 WIB



Jakarta - Pagi-pagi buta di kala para eksekutif masih terlelap, geliat pasar telah berkokok mendahului ayam jago. Hampir tak pernah tidur para pedagang pasar tradisional memeras peluh dari pagi hingga malam.

Siang hari di Pasar Induk Kramatjati para pekerja tak beristirahat layaknya pekerja di tempat lainnya. Terlihat gigih di salah satu sudut situ adalah Pak Namin (42) yang memikul singkong dari pemasok ke pasar.